Pemeriksa gizi menyebut bahwa setelah mengamati enam jenis sajian menu Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya satu yang memenuhi standar Angka Kecukupan Gizi berdasarkan Permenkes nomor 28 tahun 2019.Beleid itu mengatur angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia.Untuk takaran isi piring anak berusia Sekolah Dasar misalnya harus terpenuhi antara 500-700 kalori dan terkandung unsur karbohidrat, protein nabati dan hewani, lemak, dan buah dalam sekali makan. Sementara itu dari temuan BBC News Indonesia di beberapa daerah, sejumlah siswa mengeluhkan soal sayuran yang mereka makan terasa pahit dan agak kecut.Beberapa sekolah bahkan terlambat sampai dua jam menerima makanan bergizi gratis.Pengamat kesehatan dari lembaga kajian Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (Cisdi), Diah Saminarsih, berkata persoalan-persoalan itu sangat krusial yang harusnya segera dievaluasi dan diperbaiki pemerintah sesegera mungkin.Sebab jika terlambat, bahan makanan dan anggaran yang digelontorkan akan terbuang sia-sia. Program anyar Presiden Prabowo Subianto berupa Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah diluncurkan sejak Senin (06/01) dan menyasar sekitar 600.000 anak sekolah di 26 provinsi di Indonesia.Tapi menurut Adita Irawati selaku juru bicara Istana Kepresidenan, daerah penerima makan bergizi gratis ini khusus untuk wilayah perkotaan dan kabupaten yang sudah pernah menjalankan uji coba beberapa bulan terakhir.Untuk mendukung proyek skala besar ini, pemerintah menyiapkan setidaknya 190 titik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang juga tersebar di puluhan provinsi tersebut.Ratusan SPPG itu kemudian disulap menjadi dapur umum untuk memasak makanan bergizi gratis.Di Medan, Sumatra Utara, program ini mendapat beragam respons dari anak Sekolah Dasar (SD) di Kota Medan.Satu di antaranya diungkapkan Adrian, murid kelas 6 SD Negeri 064965.Bocah laki-laki ini mengaku senang adanya makan bergizi gratis. Sebab dia tidak perlu repot-repot lagi membawa bekal dari rumah. Selain itu, lauk yang disajikan juga baginya enak.Di Palembang, Sumatra Selatan, pelajar di SD Negeri 25 kedatangan ratusan paket makan bergizi gratis. Siswa kelas 4, Muhammad Khalid Ibrahim, baru saja masuk sekolah setelah libur panjang.Di hari pertama masuk, bocah sembilan tahun ini langsung disuguhkan makan bergizi gratis berupa nasi, steak ikan, tempe goreng, sayur bunci, dan buah pisang.Hanya saja ia mengaku kurang suka dengan lauk ikan, karena rasanya aneh dan kurang enak saat disantap.Selain itu Ibrahim juga tidak terlalu lapar, gara-garanya sebelum berangkat sekolah sudah sarapan.Di Semarang, Jawa Tengah, pelaksanaan makan bergizi gratis pada hari kedua di dua SMP Negeri sama-sama mengeluhkan soal tak adanya susu dalam menu seperti yang dijanjikan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran saat kampanye pilpres tahun lalu.Namun demikian, para siswa mengaku senang adanya program ini, seperti yang diutarakan Adwitya Endraswari Gita Ranadhani, yang duduk di bangku kelas 12 SMA Negeri 4.”Kalau dari saya pribadi jadi lebih hemat soalnya enggak perlu mengeluarkan uang untuk makan siang dan makan siangnya sangat enak… terus mengenyangkan,” tuturnya.Di sekolah lain, SMP Negeri 12 Kota Semarang terjadi keterlambatan pengiriman.Kepala Sekolah, Rini Rusmiasih, bilang pada hari pertama pihak penyedia mengirimkan ratusan paket makanan pukul 11:00 WIB.Namun di hari kedua, terlambat hingga dua jam alias baru sampai kira-kira pukul 13:30 WIB.Terkait sajian menu, seorang siswa bernama Sabrina kelihatan kurang senang dengan makanan tahu dan sayurnya pun terlampau sedikit.Seorang pemeriksa gizi, Muhammad Shidqi, mengamati beberapa jenis sajian menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diunggah warganet di media sosial X dan Facebook.Dari enam jenis sajian menu yang diamatinya, hanya satu yang menurutnya telah memenuhi standar Angka Kecukupan Gizi berdasarkan Permenkes nomor 28 tahun 2019.Di beleid itu disebutkan takaran isi piring anak usia Sekolah Dasar harus terpenuhi antara 500-700 kalori dan terkandung unsur karbohidrat, protein nabati dan hewani, lemak, dan buah dalam sekali makan.Salah satu sajian menu yang dianggapnya memenuhi standar Angka Kecukupan Gizi ketika melihat makan bergizi gratis di salah satu sekolah di Lombok Tengah. Makanan itu terdiri dari nasi, telur dadar, sayur tahu tumis, dan susu coklat.Perkiraan kasarnya, satu buah pisang memiliki 50 gram, setangkup nasi 200 gram, satu telur dadar 55 gram, dua sendok tahu tumis 30 gram, dan susu coklat 115 miligram.Jika dijumlahkan, maka total ada 645 kalori, 17 gram protein.Apa evaluasi makan bergizi gratis?Pengamat kesehatan dari lembaga kajian Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (Cisdi), Diah Saminarsih, berkata persoalan-persoalan yang disampaikan siswa dan pemeriksa gizi itu “sangat krusial” yang harus segera dievaluasi serta diperbaiki pemerintah sesegera mungkin.Sebab jika terlambat, bahan makanan dan anggaran yang digelontorkan akan terbuang sia-sia. Apa tanggapan pemerintah?Juru bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Prita Laura, menyebut makan bergizi gratis sudah sesuai yang diinginkan pemerintah.Soal beberapa persoalan seperti keterlambatan, kata dia, hal itu masih dalam prosedur mereka -di mana makan bergizi gratis memang diberikan dalam rentang makan pagi hingga makan siang.
Tanggapan :
1. Pemerintah kan sudah berkolaborasi sama beberapa ahli gizi, tapi menurut ahli gizi itu masih kurang untuk gizi anak-anak.
2. Program nya sudah bagus, cuma mungkin karna baru pertama kali direalisasikan jadi pasti banyak banget kendala dan masalah-masalah. Terus itu ada juga anak yang alergi ikan, dan tidak doyan sayur. Itu bagaimana cara pemerintah untuk mangatasinya. Terus ada makanan yang kecut dan pahit mungkin karna jarak dari dapur ke sekolahannya jauh.
3. Makan siang gratis terlalu terburu-buru, seharusnya fokus ke pemberdayaan masyarakat terlebih dahulu.
4. Uji cobanya sebaiknya ke pelosok terlebih dahulu, pembagiannya kurang merata. Terus ga setiap hari dapet makan siang gratis.
5. Pembagian nya ke kota terlebih dahulu mungkin karna mudah dijangkau.
6. Masih menggunakan uang pribadi karena sudah terlanjur janji saat pemilu. Seharusnya fokus ke negara agar Indonesia menjadi negara maju terlebih dahulu. Seharusnya inisiatif mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, lalu baru ke makan siang gratis apakah efisien dilakukan atau tidak. Katanya sudah berkerjasama sama gizi, sedangkan ahli gizi saja ngomong kalau gizinya belum tercukupi. Terus juga ini kurang adil bagi anak kuliahan, karna kan yang mencoblos rata-rata anak kuliahan ya, anak SD mungkin belum paham akan hal ini.
7. MSG ini terburu-buru, karna masyarakat juga langsung menagih janji saat pemilu. Belum ada sosialisasi ke masyarakat kalau mengenai porsi protein dll. Mungkin kedepannya bisa menjadi evaluasi dan ada sosialisasi kedepannya kalau tiap tingkat SD, SMP, SMA itu beda beda.