April 24, 2025

Industri kripto di luar negeri perlahan-lahan mulai runtuh. Harga mata uang digital itu terus tergerus dalam beberapa pekan terakhir.
Akibatnya, satu per satu platform kripto tak sanggup bertahan dan mulai mengajukan pailit.

Baru-baru ini, perusahaan kripto Celsius mengajukan bangkrut dengan menggunakan Undang-undang Kepailitan AS Bab 11. Artinya, perusahaan ingin meminta perlindungan untuk tetap beroperasi meski berstatus pailit.

Dalam pernyataannya, Celsius masih berupaya menstabilkan bisnisnya dengan restrukturisasi melalui cara yang memaksimalkan nilai bagi semua pemangku kepentingan.

Laporan CNBC menunjukkan Celcius memiliki kas senilai US$167 juta untuk mendukung operasi sementara itu. Pengacara perusahaan sebelumnya memberi tahu regulator negara bagian AS terkait langkah tersebut.

Selain Celcius, platform kripto lainnya yang dilanda kebangkrutan adalah Voyager Digital Ltd, pialang kripto asal Kanada, yang juga mengajukan perlindungan kebangkrutan akibat volatilitas pasar kripto dan jatuhnya hedge fund yang meminjam dana ke perusahaan.

Kemudian, ada Three Arrows Capital (3AC) dan Vauld, dua platform kripto asal Singapura yang juga terkena imbas dalam industri kripto.

Kondisi tiga perusahaan itu tentu saja membuat investor kripto ketar ketir. Tak terkecuali di Indonesia. Namun, apa benar perusahaan kripto di Indonesia juga ikut runtuh?

Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar Bappebti Tirta Karma Senjaya menjelaskan sebetulnya investor kripto dalam negeri masih bisa bernafas lega.

Pasalnya, perusahaan platform kripto di Indonesia masih cukup bertahan. Meskipun, dari sisi nilai transaksi menurun 50 persen pada semester I 2022 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Ia mengatakan penurunan ini terjadi hampir di semua produk investasi baik dalam maupun luar negeri.

“Betul (masih aman) dan biro pengawasan Bappebti selalu rutin mengecek laporan keuangan setiap perusahaan untuk tetap menjaga ekuitas modalnya serta mengawasi laporan transaksi dan kegiatannya,” kata Tirta kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/7) malam.

Mengutip laman tokocrypto.com, ada lima calon pedagang fisik aset kripto dengan nilai transaksi tertinggi.

Posisi pertama diraih oleh Tokocrypto dengan nilai transaksi mencapai Rp95 triliun pada Januari-Mei 2022. Urutan itu disusul Indodax dengan nilai transaksi sebesar Rp75 triliun, Pintu Rp10 triliun, Rekeningku Rp8 triliun dan Zipmex Rp1 triliun.

CEO Indodax Oscar Darmawan menegaskan investor dalam negeri tidak perlu khawatir. Pasalnya, pertumbuhan ekosistem investasi kripto di Indonesia, baik dari sisi pelaku industri, konsumen, asosiasi maupun stakeholder masih sangat baik.

Kenaikan suku bunga acuan itu akan berdampak pada penurunan harga aset termasuk kripto. Ia memprediksi, harga bitcoin bisa saja akan menyentuh US$16 ribu per keping.

Saat ini, imbuhnya, harga kripto nomor satu itu sudah turun sekitar 60 persen-an dari harga tertinggi US$69 ribu per keping.

“Sekarang kan US$18 ribuan, bisa saja ke depan turun 80 persen sampai di level US$16 ribu per keping.”

Dalam hal ini, Ibrahim mengatakan belum adanya perusahaan platform di Indonesia yang mengajukan pailit bukan berarti kondisi industri kripto dalam negeri baik-baik saja.

“Indonesia memang belum ada yang mengajukan pailit di Bappebti, karena kan mereka baru calon, calon pedagang, belum resmi. Biasanya 3 bulan sekali Bappebti akan umumkan nasabah yang transaksi di aset kripto. Tapi sampai sekarang belum ada, jadi bisa saja, aset kripto di Indonesia stagnan,” imbuhnya.