July 23, 2025

(KPAI) mengungkap adanya praktik intimidatif dalam pelaksanaan program pendidikan karakter berbasis barak militer besutan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Wakil Ketua KPAI Jasra Putra menyebut, anak-anak yang menolak mengikuti program ini bahkan mendapat ancaman tidak naik kelas. “Program ini tidak ditentukan berdasarkan asesmen psikologi profesional, melainkan hanya rekomendasi dari guru Bimbingan Konseling (BK). Bahkan dari hasil wawancara kami dengan anak-anak di Purwakarta maupun Lembang, ada ancaman bahwa siswa yang menolak mengikuti program bisa tidak naik kelas,” kata Jasra dalam konferensi pers secara daring, Jumat, 16 Mei 2025. Jasra menyebut temuan ini memunculkan keprihatinan mendalam terhadap proses seleksi dan pendekatan yang digunakan terhadap siswa yang dianggap bermasalah. Ia mengatakan di salah satu lokasi program, yakni di Purwakarta, ditemukan tiga SMP negeri yang belum memiliki guru BK. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar ihwal siapa yang sebenarnya memberikan rekomendasi agar siswa mengikuti program tersebut.

“Ini tentu harus dilihat lebih jauh. Kami merekomendasikan agar asesmen dilakukan oleh psikolog profesional, agar pilihan kebijakan terhadap anak betul-betul tepat dan tidak melanggar hak-hak mereka,” ujar Jasra. KPAI mencatat, mayoritas siswa yang dikirim ke program pendidikan barak militer berasal dari latar belakang dengan kebiasaan merokok, bolos sekolah, atau pernah terlibat tawuran. Namun, sekitar 6,7 persen anak menyatakan tidak tahu alasan mereka dikirim ke program tersebut. Bagi KPAI, ini menjadi tanda bahwa proses seleksi peserta masih bermasalah.

Jasra menegaskan pentingnya peninjauan ulang terhadap ketepatan sasaran dan pendekatan dalam program pendidikan karakter ini. Ia menilai, pemaksaan atau tekanan terhadap anak justru berpotensi mencederai prinsip perlindungan anak dan melanggengkan praktik diskriminatif di lingkungan sekolah.

Tak hanya itu, KPAI juga menemukan tidak semua pembina dalam program pendidikan militer ala Gubernur Dedi Mulyadi itu memahami prinsip dasar perlindungan anak (child safeguarding). Hal itu dinilai sebagai salah satu celah serius dalam pelaksanaan program pendidikan berbasis barak militer yang ditujukan bagi siswa dengan perilaku menyimpang. “Tidak semua Pembina memahami protokol Child Safeguarding,” kata Jasra.

Temuan ini merupakan bagian dari hasil pengawasan langsung KPAI terhadap pelaksanaan program di dua lokasi utama, yakni Barak Militer Resimen 1 Sthira Yudha di Purwakarta dan Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Jasra menilai kurangnya pemahaman pembina terhadap prinsip-prinsip perlindungan anak berpotensi membuka ruang pelanggaran hak anak. Padahal, program yang menyasar siswa usia SMP hingga SMA ini semestinya dilandasi dengan prinsip-prinsip perlindungan khusus, sesuai amanat Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2021.

KPAI juga mencatat program tersebut belum memiliki standar operasional yang baku dan belum didukung kehadiran tenaga medis maupun ahli gizi secara tetap, khususnya di lokasi pendidikan bela negara di Bandung. Kondisi ini semakin memperkuat kekhawatiran akan keselamatan dan kesejahteraan peserta didik selama mengikuti program.

“Ketiadaan protokol child safeguarding yang dipahami oleh seluruh pembina sangat berisiko terhadap perlakuan yang melanggar hak anak, terlebih dalam lingkungan pendidikan yang bersifat semi-militer,” ujar Jasra.

HIMASTA
BARAK MILITER

  • isu tentang pendidikan militer, masih banyak pro dan kontra. lebih ke mental karna pendidikan militer ini ada manfaatnya banyaknya responden² ortu yg merasa anaknya itu bahagia. melihat anak² mereka yg berhasil. tapi disatu sisi negatifnya ada seperti ‘militer’, yg masi dipandang tidak sesuai dengan moral pendidikan yang ada. kalo sesuai koridornya ya ga masalah. bisa memperbaiki lagi ya tentang barak militer ini
  • orang tua tidak bisa mempatok yg dicap nakal gitu. kita sendiri tidak tau ya faktanya dia di keluarga itu bagaimana. rata² ortu yg masukin anaknya ke barak itu karna anaknya nakal, nah tapi nakalnya itu knp? sedikit janggal, dan harus ada kenakalan yg jelas. bukan berarti program ini jadi lepas tangan orang tua atas anaknya. kalo misalnya nakalnya cuma main game sih bisa dikontrol sendiri sama orang tua nya ya, ga mungkin cuma karna game lalu masuk barak, itu akan berpengaruh ke mental anaknya.
  • dipandang oleh ortu latihan kedisiplinan ya untuk anak² mereka yg nakal, yang smp sma sering tawuran. nah itu bagus sebenernya. tapi sebenernya kalo kita pengen merubah anak² ini, mungkin bisa diubah peraturan sekolahnya ya. saran yg terbaik untuk program ini apa ya kira²?

HMJM
BARAK MILITER

  • yang masuk ke barak militer kan banyak anak yg bermasalah/nakal. kenapa ga dicari dulu penyebab dia bisa nakal itu karna apa. terus juga ada ancaman mereka ga naik kelas karna gamau masuk ke barak. terus guru bk juga merekomendasikan. padahal guru bk sendiri tidak tau latar belakang anaknya ini seperti apa. nantinya dia berubah mungkin bukan karna keinginan sendiri ya berubahnya, mungkin karna terpaksa dan takut.
  • mungkin kedepannya bisa lebih transparan lagi, intinya nakal untuk anak² itu yg seperti apa, kan kita belum tau yaa latar belakang anak itu bagaimana. mungkin bisa
  • sekitar 5,8 persen mereka gatau itu kenapa bisa masuk ke barak. seenggaknya anak² yg masuk barak utu tau ya, knp mereka bisa masuk barak. nah mereka kan gatau ya nanti kedepannya kayak seperti apa. mungkin lingkungan apalagi cuma 2 minggu di baraknya. jadi kayak mungkin percuma.

SISTEM PRO KONTRA BARAK MILITER

PRO

  • berdasarkan fakta data yg ada, ortu ingin memasukkan anaknya ke barak karena bandel gitu. dan beberapa anak sendiri juga faktor dari pola didik. nah ingin ke barak militer untuk memperbaiki perilakunya. yg gampang terpengaruh oleh eksternal.
  • ada yg lebih suka di barak militer
  • kembali lagi ke anak² masing² ya, kebanyakan anak² yg dibarak itu akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
  • soal durasinya 1 bulan atau lebih atau 6 bulan, karna awalnya itu masih observasi. contohnya anak smp yg akan naik ke sma, nah untuk anak² yg mau lulus ini sebentar aja. supaya bisa fokus masuk sekolahnya. pola asuhnya udah salah, terutama dijawa barat itu memanjakan anaknya. anaknya kalo rewel dikasih hp, nanti kalo memberontak ortunya main tangan. ini pola asuhnya sudah salah. tujuan barak ini memperbaiki sikap awalnya ya.
  • bisa disiplin dengan waktu singkat.

KONTRA

  • tapi apakah menjamin setelah keluar dari situ akan selalu baik? kan kita gatau ya. sesuatu akan berubah itu kalo itu dari sendiri
  • tapi konten disosial media membuat konten, yg membuat konten kalo seru. kalo bermasalah gitu mempengaruhi, yg akan membuat dia termotivasi untuk berbuat nakal, agar masuk barak militer.
  • baraknya kan 2 minggu ya, seharusnya yg diperbaiki itu dari tingkat sd, mungkin lebih ditingkatkan pembelajaran nya, apalagi dengan waktu sesingkat itu.